
Presiden Jokowi Berkunjung Ke Negara UNI EROPA Termasuk Belanda
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno L.P. Marsudi mengatakan, Indonesia merupakan Negara pertama yang memiliki perjanjian kerjasama komprehensif atau Comprehensive Partnership Agreement (PCA) dengan Uni Eropa. Karena itu, Menlu memandang sudah sewajarnya apabila pondasi kuat yang sudah dibangun tersebut, dapat diwujudkan di dalam kerja sama konkrit yang menguntungkan bagi rakyat kedua pihak.
“Kunjungan kali ini akan memperkuat kerja sama tradisional strategis yang dimiliki oleh Indonesia dengan Uni Eropa dalam menghadapi tantangan global baru,” kata Retno pada press Briefing kepada media massa nasional dan internasional di ruang Palapa, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (11/4) siang.
Menlu menyampaikan data yang menunjukkan cukup kuatnya hubungan RI–Uni Eropa. Ia menyebutkan, nilai perdagangan kedua negara pada tahun 2015 mencapai angka 26,4 miliar dollar AS, sehingga menempatkan Uni Eropa sebagai mitra keempat terbesar Indonesia dalam perdagangan luar negeri.
Di bidang investasi, lanjut Menlu, Uni Eropa berada pada posisi ketiga terbesar, dengan mencapai nilai 2,26 miliar dollar AS. Sementara dari segi pariwisata, angka wisatawan dari Uni Eropa yang masuk ke Indonesia menunjukkan angka hampir satu juta orang.
Menurut Menlu, beberapa elemen yang akan diperkuat dalam hubungan dengan negara-negara Eropa yang dikunjungi Presiden Jokowi kali ini adalah kerja sama ekonomi, termasuk diantaranya terkait dengan isu perdagangan, investasi dan maritim.
Dari program yang telah disiapkan sampai sejauh ini, interaksi Presiden dengan kalangan bisnis akan banyak dilakukan. Delegasi swasta akan mendampingi Presiden dalam kunjungan ke Eropa kali ini,” terang Retno.
Selain itu, dalam kunjungan kali ini, menurut Menlu, Presiden Jokowi juga akan membicarakan kerja sama dalam menanggulangi ekstremisme dan terorisme, serta pentingnya menjaga toleransi.
Menlu juga menyampaikan, dalam kunjungan itu, untuk pertama kalinya Presiden Republik Indonesia akan melakukan pertemuan dengan tiga Presiden Uni Eropa, yakni dengan Presiden Dewan Uni Eropa, Presiden Parlemen Uni Eropa dan Presiden Komisi Uni Eropa. “Presiden Jokowi akan melakukan Pertemuan secara terpisah dengan Ketiga Presiden Uni Eropa tersebut,” ujarnya. (Dit. Infomed Kemlu/ES)
SBY Takut Kunjungi Belanda?
Meski Pengadilan Belanda menolak salah satu gugatan dari Organisasi Republik Maluku Selatan (RMS) namun kubu SBY bergeming. Presiden belum menentukan waktu kapan akan berkunjung ke negeri Belanda setelah kegagalan kemarin.
"Memang salah satu dakwaan tentang imunitas ditolak Pengadilan Belanda, yang artinya tak bisa menangkap Presiden RI. Tapi itu baru satu dakwaan saja, sedangkan proses pengadilan masih berjalan, kami belum akan menjadwal lagi kunjungan ke Belanda," kata Juru Bicara Kepresidenan, Teuku Faizasyah yang dihubungi Tribunnews.com, Rabu (6/10/2010).
Kubu Indonesia masih menunggu hasil putusan dari pengadilan Belanda itu. Tuntutan lain dari kubu RMS yang masih akan disidangkan adalah tuntutan terkait kematian pemimpin RMS Dr Christian Robert Steven Soumokil di era Soeharto. RMS ingin mengetahui Soumokil ditembak dan dikubur di mana.
RMS juga menuntut agar Pemerintah Belanda mendesak Pemerintah Indonesia agar mau melakukan pertemuan dengan RMS.
"Nanti tunggu semua proses persidangan selesai, baru kita fikirkan untuk menjadwal ulang," kata teuku Faizasyah.
Sebelumnya SBY secara tiba-tiba membatalkan lawatan ke Negeri Belanda. SBY tak terima dengan digelarnya pengadilan yang mendakwa pemerintah Indonesia saat ia berkunjung disana. Apalagi tuntutannya menangkap SBY saat tiba di Belanda. Dilansir dari laman tribunnews.com edisi Rabu, 6 Oktober 2010 17:04 WIB
SETKAB |TRIBUNNEWS
0 Komentar