![]() |
ilustrasi |
Bukan hanya gerhana matahari total di Indonesia yang bakal menghiasi langit dalam waktu dekat ini, tetapi juga ada fenomena melintasnya asteroid 2013 TX68 dekat bumi, dan supermoon. Sejumlah isu liar pun bertebaran di dunia maya, yakni tentang terjadinya kiamat.
Untuk diketahui bahwa pada Selasa, 8 Maret 2016, asteroid 2013 TX68 yang memiliki lebar 30 meter diperkirakan akan melintas dalam jarak relatif dekat dengan bumi, yakni 19 ribu mil atau 30.577 kilometer. Peristiwa tersebut awalnya diperkirakan oleh NASA akan terjadi pada 5 Maret.
Batu angkasa tersebut akan melintas di dalam orbit geostasioner yang disesaki satelit komunikasi dan GPS, yang berada di ketinggian 22.300 mil dari Bumi.
“Jika jarak asteroid ini lebih dekat dengan orbit geostasioner adalah kejadian yang langka. Itu hanya terjadi sekali dalam satu dekade untuk satelit besar,” kata astronom dari Cornell University, New York, Sean Marshall sebagaimana dilansir TheGuardian.
“Namun yang pasti, asteroid itu tak akan bertabrakan dengan Bumi. Jadi, jangan panik.” Batu angkasa tersebut, dia menambahkan, juga tak akan membahayakan Stasiun Antariksa Internasional (ISS) yang berada di ketinggian 250 mil di atas planet manusia.
Sementara itu, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin memastikan, gerhana matahari total yang akan teramati di 12 provinsi di Indonesia bukanlah peristiwa bahaya, melainkan istimewa.
Tak hanya itu, mantan pemuka agama yang mempelajari Perjanjian Baru di Aberdeen University, Profesor Gary Shogren pun membantah ramalan liar tersebut.
“Seseorang tak bakal rugi jika memprediksi kiamat. Itu mengapa banyak orang yang masih melakukannya, meski terkadang dilandasi kebohongan semata?” ujar Shogren.
Kekhawatiran
Tanggapan para pakar tersebut menjawab sejumlah isu kiamat yang dilemparkan beberapa situs menjelang gerhana matahari total di Indonesia. Sebut saja beberapa ‘peramal’ di internet merilis video, yang memperingatkan bahaya asteroid, bahkan objek mistis semacam Nibiru atau Planet X, akan menabrak bumi pada Maret 2016.
Gerhana matahari total yang terjadi pada 9 Maret 2016 — atau di belahan bumi lain bertepatan pada 8 Maret — serta terjadinya supermoon pertama pada 2016 juga menyulut rumor.
Dalam video berjudul Armageddon March 8th???, Mike Morales mempertanyakan bagaimana NASA memastikan asteroid itu tak akan menabrak Bumi.
“2013 TX68 datang pada hari yang sama (dengan gerhana dan supermoon), dan apa yang mereka katakan adalah kita tidak akan dapat melihat atau melacak dengan teleskop karena batu itu muncul dari sisi Matahari,” kata dia.
“Siapa tahu akan terjadi malapetaka. Tak ada media yang memperingatkan, tiada peringatan dari NASA, jadi aku akan bersiap. Pastikan Anda memiliki persediaan makanan dan air,” ujar Morales.
Kanal BPEarthWatch di situs berbagi video juga merilis video kekhawatiran terhadap ketidakpastian. Menurut pengunggahnya, karena berada di antara Bumi dan Matahari asteroid tersebut tak akan terlihat. Tak hanya itu, peringatan juga dikeluarkan kanal Nemesis Maturity. Meski tak meramalkan kiamat, pembuatnya memperingatkan terjadinya kenaikan permukaan air laut. Mereka juga merilis sebuah ‘kode’. Dalam video itu, mereka mengatakan TX68 akan melintasi Bumi pada 8 Maret — hari ke-68 pada 2016. Mereka juga menyebut, kita akan menyambut gerhana ke-68 dalam abad ini.
“Supermoon akan sejajar dengan Matahari, yang memicu efek signifikan pada lautan di Bumi.”
Sekadar info tambahan, kawah Chicxulub yang berlokasi di Semenanjung Yucatan, Meksiko diyakini menjadi lokasi hantaman asteroid pada masa lalu. Para ilmuwan mengatakan, batu angkasa itulah yang diduga kuat memusnahkan dinosaurus dan sebagian besar kehidupan bumi pada 66 juta tahun lalu.
Sebagaimana dikutip dari CNN pada Minggu (06/03/2016) kemarin, para ilmuwan berharap dengan mengebor ke dalam sedimen kawah, mereka mungkin dapat mempelajari bagaimana kehidupan dapat bangkit kembali setelah kehancuran kolosal terjadi di muka Bumi.
“Ground zero atau titik ledakan tersebut adalah laut yang belum terjamah, dan dari waktu ke waktu kehidupan di tempat tersebut memperbaharui sendiri. Dari sana, kita dapat mempelajari sesuatu yang berguna untuk masa depan,” ujar Profesor peneliti, Sean Gulick, dari University of Texas Institute for Geophysics kepada CNN.
Sebuah tim ilmuwan dari University of Texas, the National Unveristy of Mexico dan the International Ocean Discovery Program berencana akan memulai pengeboran pada bulan April. Kegiatan tersebut ditaksir akan memakan waktu dua bulan.
“Kami memiliki beberapa hipotesis tentang apa yang akan kita temukan,” ujar Gulick. “Kami berharap akan menemukan petunjuk tentang suatu masa yang pada awalnya tak ada kehidupan, dan kemudian bangkit kembali, serta seiring dengan waktu, membentuk suatu keberagaman.”
Rencana kegiatan pengeboran tersebut muncul setelah analisis baru mengenai data pengeboran komersial dirilis, dan menunjukkan bagaimana dampak asteroid dengan lebar 6 mil atau sekitar 10 kilometer mengubah fisiologi Teluk Meksiko.
Saat menubruk Bumi, batu angkasa tersebut memindahkan 48.000 mil kubik atau setara dengan 77.248 kilometer kubik sedimen — yang cukup untuk mengisi 17 lubang sebesar Danau Superior atau Lake Superior, danau air tawar terbesar di dunia yang terletak di Amerika Utara.
Menurut para ilmuwan, tubrukan asteroid tersebut memicu gempa yang membuat sedimen muncrat, memicu tsunami, yang membawa pecahan asteroid dari tempat-tempat seperti Texas dan Florida, dan membawa ratusan kaki sedimen ke Teluk.
Berdasarkan temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Geophysical Research: Solid Earth pada 5 Februari, sedimen yang bergerak tersebut menutupi wilayah hingga ratusan mil, mengisi Yucatan dan cekungan Karibia dengan bebatuan, pasir, kerikil, bahkan batuan.
Dampak dari jatuhnya asteroid tersebut sangat hebat dan para ilmuwan meyakini bahwa kekuatannya miliaran kali lebih kuat daripada bom atom yang diledakkan di Hiroshima.
Hantaman benda angkasa luar itu memicu efek domino, mulai dari bencana alam, tertutupnya Bumi dengan debu dan sedimen yang tebal. Sebuah teori populer mengatakan bahwa pecahan asteroid, tsunami yang hebat, dan gempa bumi membunuh beberapa binatang besar, seperti dinosaurus raksasa dan reptil laut besar.
Pecahan asteroid tersebut dikenal sebagai lapisan Crestaceous Paleogen dan dapat ditemukan di seluruh bagian dunia, yang menandai peristiwa kepunahan besar.
Para ilmuwan telah mempelajari pecahan itu di seluruh dunia, tetapi tak pernah bisa mendapat akses ke Teluk Meksiko karena pengeboran komersial terjadi di wilayah tersebut.
“Ilmuwan mempelajari soal deposit besar sedimen dalam hitungan hari dan minggu,” ujar penulis dan ahli geologi dari Chevron yang dulunya berasal dari University of Texas Institute for Geophysics, Jason Sanford. Menurutnya, sebelum ada hantaman hebat itu, Teluk Meksiko mempunyai ukuran lebih besar.
“Dampak dari asteroid merubah permukaan planet,” ujar Gulick. “Peristiwa tertentu dapat memiliki efek mendalam pada morfologi planet kita, lapisan stratigrafi, dan tentu saja kehidupan,” ujarnya.
Memahami apa yang terjadi di Chicxulub, dapat membantu para peneliti memprediksi apa yang mungkin terjadi di masa depan jika asteroid besar lainnya bertabrakan dengan planet kita.
“Kita cukup banyak tahu apa yang akan terjadi jika asteroid seukuran itu menghantam kita saat ini, hal tersebut bukanlah hal yang baik. … Pekerjaan kami berkontribusi dan berdedikasi untuk memahami banyak proses geologis dan biologis yang terjadi ketika peristiwa itu terjadi,” ujar Sanford.
“Saat ini, NASA memiliki sebuah tim pemburu asteroid yang berpotensi mematikan. Lebih dari 12.000 objek dekat bumi telah ditemukan dan sekitar 1.500 di antaranya kemungkinan akan melalui lintasan Bumi serta berpotensi berbahaya,” ujar direktur Grand Challange NASA, Jason Kessler Juni 2015 lalu.
Untungnya, data menunjukkan, tidak ada batu angkasa yang mengancam Bumi. Setidaknya sampai saat ini.
sumber: simomot
0 Komentar