Pangan Lokal Diolah Agar Nilai Ekonominya Tinggi ~ BeritaSeo

Ir. Ryona Noya
AMBON Tribun-Maluku.com-  Ada program dari Badan Ketahanan Pangan yaitu diversifikasi pangan sehingga mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras, dengan memanfaatkan pangan lokal sesuai potensi wilayah masing-masing, dan karena itu Kementerian Pertanian CQ Badan Ketahanan Pangan Pusat meluncurkan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) yang baru berlangsung dari tahun 2013.

Demikian keterangan Ir. Ryona Noya Kepala Bidang Konsumsi Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Maluku kepada Tribun-Maluku.com di ruang kerjanya, Jumat (11/3).

Tahun 2013 ada bantuan peralatan pengolahan pangan lokal untuk Kabupaten Maluku Tenggara dan tahun 2015 ada bantuan untuk kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB), Seram Bagian Barat (SBB), Seram Bagian Timur (SBT), dan Buru Selatan (Bursel).

Bantuan peralatan untuk MTB di desa Waturu dan SBB di desa Pelita Jaya melalui pengolahan beras analog berbahan baku Ubi Kayu, sedangkan untuk SBT dengan bahan baku Sagu dan Bursel dengan bahan baku Hotong dan tahun 2016 ini kabupaten Maluku Tenggara mendapat bantuan peralatan untuk pengolahan embal goreng sampai packing/kemasan.

Dikatakan, beras analog dibuat sehingga meningkatkan nilai ekonomis dari produk itu sendiri. Misalnya, Ubi Kayu kalau hanya direbus, digoreng, maka kelihatannya tidak menarik namun jika diolah menjadi beras analog akan mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Produksi beras analog masih dalam skala kecil dan hasilnya diharapkan sesuai dengan apa yang diisyaratkan dalam kebutuhan.

Dengan bantuan dana Pusat akan dikembangkan pada 4 kabupaten dan dilakukan uji selera, sehingga setelah diuji di laboratorium akan memenuhi standar dan uji selera itu dibuat pada berbagai tingkatan misalnya kebutuhan anak sekolah tentu berbeda dengan orang dewasa.

Intinya adalah pangan lokal harus diolah dan dikemas sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi dan dapat bersaing dengan daerah-daerah lain di Indonesia,"katanya.(TM02)

Bagikan ke

0 Komentar